Analisis pada film Tenki no ko dan Makoto Shinkai



Pendahuluan

Tenki no Ko (Weathering with You) adalah film anime Jepang yang dirilis pada tahun 2019, disutradarai oleh Makoto Shinkai. Film ini diproduksi oleh CoMix Wave Films dan diiringi oleh musik dari Radwimps, yang juga mengerjakan musik untuk film Shinkai sebelumnya, “Kimi no Na wa” (Your Name).


Cerita pada film Tenki no Ko berpusat pada seorang remaja bernama Hodaka Morishima yang melarikan diri dari rumahnya di sebuah pulau terpencil menuju Tokyo. Di kota besar ini, Hodaka berjuang untuk bertahan hidup sampai ia bertemu dengan seorang gadis misterius bernama Hina Amano yang memiliki kemampuan luar biasa untuk mengendalikan cuaca. Seiring berkembangnya cerita, hubungan mereka semakin kuat, dan mereka berdua menghadapi berbagai tantangan yang muncul dari kekuatan istimewa Hina serta pengaruhnya terhadap kehidupan di Tokyo yang terus menerus diguyur hujan.


Semiotika

Ini berasal dari Bahasa Yunani, yakni  simeon yang berarti tanda. Sementara itu, kata semiotika juga dapat merupakan penurunan kata Bahasa Inggris, yakni semiotics. Nama lain dari semiotika adalah semiology. Kemudian, apabila dikaji secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tanda. Tanda itu sendiri dianggap sebagai suatu dasar konvensi sosial dan memiliki sesuatu (makna) tertentu.

Menurut Tinarbuko (2008), semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda supaya dapat mengetahui bagaimana tanda tersebut berfungsi dan menghasilkan suatu makna. Sementara itu, menurut Christomy dan Yuwono (2004), berpendapat bahwa semiotika adalah studi tentang tanda-tanda (sign), fungsi tanda, dan produksi tanda.


Analisis Semiotika Roland Barthes

Pada film Tenki no Ko (Weathering With You), kita bisa menggunakan dua konsep utama Barthes yaitu denotasi dan konotasi. Barthes juga berbicara tentang mitos sebagai bentuk komunikasi yang melampaui tanda-tanda biasa. 


Denotasi

Denotasi adalah makna literal atau deskriptif dari sebuah tanda. Ini adalah apa yang kita lihat atau dengar secara langsung tanpa interpretasi lebih lanjut contohnya adalah. 


Adegan Pembuka:

Kita melihat seorang anak muda, Hodaka, yang melarikan diri dari rumahnya dan menuju Tokyo.


Karakter:

Hina, seorang gadis yang bisa mengendalikan cuaca.


Konotasi

Konotasi adalah makna yang lebih dalam atau simbolik yang kita asosiasikan dengan tanda. Ini mencakup interpretasi, emosi, dan asosiasi budaya yang lebih kompleks contohnya adalah.




Adegan Pembuka:

Tokyo sebagai simbol pelarian dan kebebasan, namun juga kota yang penuh dengan tantangan dan bahaya.


Karakter Hina:

Hina tidak hanya seorang gadis yang bisa mengendalikan cuaca, tetapi juga melambangkan harapan dan kekuatan individu dalam menghadapi masalah.


Mitos

Mitos dalam pandangan Barthes adalah bagaimana tanda-tanda bekerja untuk mengkonstruksi ideologi dan kepercayaan dalam budaya tertentu. Mitos bukanlah cerita lama, tetapi makna yang diambil dari tanda yang menjadi alamiah atau normal dalam budaya tertentu contohnya adalah.


Hina sebagai Gadis Cuaca:

Hina bisa dianggap sebagai mitos tentang kekuatan manusia terhadap alam. Ini menggambarkan ideologi bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengendalikan atau memengaruhi lingkungan mereka, meskipun dalam kenyataannya, ini sering kali lebih rumit dan penuh tantangan.


Tokyo yang Hujan:

Hujan yang terus-menerus bisa dilihat sebagai representasi dari kesedihan, perubahan, dan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat modern. Dalam konteks Jepang, yang sering mengalami musim hujan dan topan, ini juga bisa menjadi refleksi dari kondisi geografis yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari.

Analisis Tanda-Tanda Kunci dalam Film


Cuaca dan Hujan: 

Secara denotatif, hujan adalah fenomena cuaca. Secara konotatif, hujan dalam film ini melambangkan kesedihan, kemurnian, dan harapan yang tertunda. Sebagai mitos, hujan yang terus menerus bisa diartikan sebagai tantangan yang dihadapi oleh generasi muda di tengah perubahan sosial dan ekonomi yang cepat contohnya adalah.


Langit Cerah yang Diinginkan:

Langit cerah, yang diperjuangkan oleh karakter-karakter utama, bisa dilihat sebagai simbol dari harapan, kebahagiaan, dan kehidupan yang lebih baik. Sebagai mitos, ini bisa mencerminkan keinginan universal manusia untuk stabilitas dan kebahagiaan.


Hubungan antara Hodaka dan Hina:

Di permukaan, ini adalah cerita cinta antara dua remaja. Secara konotatif, hubungan mereka melambangkan kerjasama, saling mendukung, dan keberanian menghadapi masa depan yang tidak pasti. Sebagai mitos, ini bisa menggambarkan pentingnya solidaritas dan cinta dalam mengatasi tantangan hidup.




Kesimpulan

Dengan menggunakan pendekatan semiotika Roland Barthes, kita dapat melihat bahwa Tenki no Ko tidak hanya bercerita tentang seorang gadis yang bisa mengendalikan cuaca, tetapi juga menyampaikan pesan-pesan yang lebih dalam tentang harapan, cinta, tantangan generasi muda, dan interaksi manusia dengan alam. Film ini membangun mitos-mitos baru yang relevan dengan konteks sosial dan budaya modern, khususnya di Jepang.



REVIEW 1


Penulis jurnal: MUSLIMAH NUR IRFAN


judul jurnal: BENCANA ALAM DALAM NARASI ANIME KARYA MAKOTO SHINKAI


halaman jurnal: 55


Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk meneliti fungsi bencana alam dalam narasi anime karya sutradara Makoto Shinkai dengan menggunakan metode deskrptif dan teori naratologi.


Metod : Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu teknik kualitatif.


Hasil Penelitian: Hasil penelitian, ditemukan lima fungsi bencana alam dalam narasi anime tersebut. Pertama, bencana alam berperan sebagai alat naratif yang membantu memperkuat plot dan menghadirkan konflik yang dramatis. Kedua, bencana alam menjadi ekspresi budaya yang mencerminkan aspek-aspek budaya dalam cerita anime tersebut. Ketiga, bencana alam berfungsi sebagai sarana untuk mengembangkan karakter tokoh. Keempat mengubah plot, terakhir memberikan pelajaran berharga bagi para penonton.


Kesimpulan:  bahwa studi film menggunakan naratologi adalah pendekatan atau disiplin ilmu dalam analisis dan penelitian film yang berfokus pada struktur dan fungsi cerita dalam film. Metode ini berusaha untuk memahami bagaimana cerita dalam film disusun, termasuk unsur-unsur naratif seperti plot, karakter, tema, dan aliran cerita.


REVIEW 2

Penulis jurnal 

Rino Andreas ; Candra Rahmat Sanjaya ; Andrian Yohana Megantoro


Judul jurnal :  

Representasi pemuda kelas pekerja dalam Anime Tenki No Ko: Analisis Semiotika Barthesian


Halaman jurnal : 199 -206


Tujuan 

Penelitian ini bertujuan untuk melihat representasi pemuda kelas pekerja yang ditampilkan dalam anime Tenki No Ko karya Makoto Shinkai. Studi kualitatif ini menggunakan metode semiotika Roland Barthes yang mengkaji relasi tanda pada media.


Metod  

Penelitian ini merupakan studi kualitatif yakni pendekatan yang memfokuskan penjelasan secara desktipsif dan tidak memerlukan perhitungan statistic (Anggito & Setiawan, 2018). Penelitian ini menggunakan metode semiotika Roland Barthes. Semiotika, dapat dipahami sebagai kajian yang membahas mengenai relasi tanda-tanda (Budiman, 2011). Semiotika model Roland Barthes membagi level denotasi dan konotasi yang akan memunculkan suatu “mitos” yang bersifat ideologis. 

Roland Barthes menyatakan bahwa Semiologi ‘bertujuan untuk mengambil sistem tanda dalam bentuk apa pun, seperti gambar visual, gerakan, suara musik, dan objek. Tanda yang dimaksud adalah sistem signifikansi. Roland Barthes mengatakan bahwa semiologi adalah bagian dari kajian media dan linguistik yang membangun diskursus tertentu. Barthes menggunakan ‘tingkat makna’ denotatif dan konotatif untuk menganalisis tanda-tanda di dalamnya objek visual. Barthes membedakan analisis tanda menjadi dua, yaitu verbal dan nonverbal


Hasil Penelitian

Hasilnya, Anime ini menampilkan dua tokoh utama Hodaka dan Hina sebagai pemuda kelas pekerja (working-class youth) yang hidup di Jepang dengan kondisi ekologi hujan tanpa henti. Hina digambarkan sebagai sosok perempuan yang bekerja di Tokyo dengan corak masyarakat industri. 

Melalui komponen audio-visual, anime ini menampilkan rangkaian cerita yang membentuk realitas sosial masyarakat modern di Jepang yang dipenuhi dengan berbagai produk global. Pada setiap scene mewakili kondisi pemuda kelas pekerja di Jepang menjadi kelompok yang rentan mengalami bentuk eksploitasi.


Kesimpulan:  

Anime, dalam sejarah perkembangannay difungsikan dengan beragam hal, mulai dari propaganda sosial politik hingga bergeser untuk kepentiangan komersial. Berbagai riset yang mengangkat tema anime telah menarik para peneliti menjadi kajian yang serius dan membutuhkan pembacaan kritis melalui anima grais yang kian menarik. Bersadarkan analisis data berupa scenescene maka, Anime ini menjadi salah satu media representatif yang membangun wacana dominan. 

Tenki No Ko menggambarkan pemuda kelas pekerja di Jepang yang rentan mengalami alienasi, yakni dua tokoh Hina dan Hodaka. Melalui komponen audio-visual, anime ini menampilkan rangkaian cerita yang membentuk realitas sosial masyarakat modern di Jepang yang dipenuhi dengan berbagai produk global. 

Pada setiap scene mewakili kondisi pemuda kelas pekerja yang menjadi kelompok yang terpinggirkan. Jadi anime Tenki No Ko menampilkan cerminan realitas (mirror of reality) kondisi kelas sosial yang telah melalui proses konstruksi, modifikasi, maupun reduksi. Penelitian selanjutnya dapat mengeksplorasi aspek gender dalam anime lebih mendalam


REVIEW 3

Penulis jurnal :

Marisa Rianti Sutanto , Kemal Yusuf Indrabhaswara, Anton Sutandio


Judul jurnal : Ecological Metaphor in Shinkai Makoto’s Animated Film Tenki No Ko 


Halaman jurnal : 1 -11


Tujuan 

Dimana tujuan dari Analisis dalam tulisan ini menggunakan metode epistemologis seperti yang tertuang dalam pendahuluan di atas. Epistemologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pengetahuan, yaitu bagaimana sesuatu itu ada diungkapkan sebagai pengetahuan melalui pembenaran dan penjelasan (Ejnavarzala, 2019, p. 94; Santos, 2018) melalui kontak sebab akibat dengan objek penelitian (Jenkins, 2020, p. 118).


Metod  

Analisis akan dilakukan dengan Metode epistemologis untuk membuktikan kebenaran realitas kehidupan yang diungkapkan film ini. Elemen penjelasan diterapkan pada Objek adalah ekspresi metaforis dari adegan dengan referensi ke teori metafora multimodal melalui ekologi Perspektif. Analisis ini bertujuan untuk melacak metafora ekologis ekspresi dalam film.

Temuan menunjukkan bahwa dominan Ekspresi metaforis adalah "kehidupan manusia seperti cuaca" yang bisa disebut metafora ekologis sehubungan dengan hubungan ekologis antara karakter manusia dan lingkungan mereka.


Hasil Penelitian

Adegan yang mengungkapkan metafora “kehidupan manusia itu seperti cuaca” ditemukan di semua film bagian alur: awal, tengah, dan akhir alur, serta akhir alur merencanakan. Pada awal alur, terdapat dua kelompok adegan yang mengungkapkan metafora “kehidupan manusia itu seperti cuaca”. 

Yang pertama adalah adegan pada menit 03:28 yaitu diungkapkan secara eksplisit melalui monolog Hodaka, “Ano natsu no hi, ano sora no ude de, bokutachi wa sekai no katachi o kaete shimattan da” (Pada hari musim panas itu, di atas langit, kita mengubah bentuk dunia). Bentuk pengungkapan metafora ini adalah lisan tanda-tanda. Pernyataan “kita telah mengubah dunia” menekankan aktivitas manusia dalam hidupnya, dan pernyataan “di atas langit” mengacu pada cuaca.


Kesimpulan:  

Film berperan membantu kita sebagai penonton untuk menyadari diri kita sebagai bagian dari sistem ekologi (Baca, 2019: 1). Peran ini diwujudkan melalui metafora ekologi “kehidupan manusia itu seperti cuaca”, yang mengungkapkan pesan realitas kehidupan. Metafora “kehidupan manusia itu seperti cuaca” adalah “kebenaran” yang sudah terbukti secara epistemologis pada bagian analisis di atas. Metafora ini diungkapkan di semua bagian alurnya, dan ekspresinya berkaitan dengan konsep ekologi berdasarkan hubungan tersebut antara karakter manusia dan lingkungannya. 



REVIEW 4


Penulis jurnal :

Katharina Dwinta Putri Yudono, Kristophorus Divinanto Adi Yudono


Judul jurnal : 

Emosi Dasar Hodaka dan Hina dalam Film Anime Tenki No Ko Karya Makoto Shinka


Halaman jurnal : 90 -101


Tujuan 

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan emosi dasar tokoh Hodaka dan Hina pada film anime Tenki No Ko karya Makoto Shinkai. Film ini muncul pada tahun 2019 dan penelitian tentang emosi dengan film ini sebagai subjeknya masih terbatas. Secara umum, penelitian topik psikologis tentang anime juga masih terbatas dilakukan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif.


Metod  

Data dikumpulkan melalui teknik dokumentasi dan menggunakan metode simak catat. Klasifikasi emosi dasar yang digunakan adalah klasifikasi emosi menurut paradigma David Krech. Data dikumpulkan dengan cara menyaksikan anime melalui pencatatan adegan-adegan tokoh Hodaka dan Hina yang sesuai dengan klasifikasi emosi dasar.


Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat klasifikasi emosi dasar pada tokoh Hodaka dan Hina. Empat emosi dasar tersebut, antara lain senang, sedih, takut, dan marah. Meski demikian, bentuk emosi dasar yang dialami oleh Hodaka lebih bervariasi dibanding Hina. Tokoh Hodaka menunjukkan rasa sedih karena tidak tidak mendapat pekerjaan ketika tiba di Tokyo, sedangkan tokoh Hina tidak menunjukkan emosi sedih karena latar belakang tersebut.


Kesimpulan:  

Tokoh Hodaka dan Hina sebagai tokoh utama pada film anime Tenki No Ko atau Weathering With You, memiliki pola emosi dasar yang sama. Keduanya memiliki empat emosi dasar berdasarkan klasifikasi David Krech, yakni rasa senang, sedih, takut, dan marah. Meski keduanya memiliki pengalaman emosi yang sama, namun masing-masing tokoh memiliki latar belakang penyebab emosi yang berbeda. Tokoh Hodaka memiliki latar belakang atau penyebab emosi yang lebih bervariasi dibanding tokoh Hina. Salah satunya adalah rasa sedih yang dimiliki Hodaka terjadi lantaran dirinya belum mendapat pekerjaan. Alasan ini tidak tampak pada tokoh Hina. Selain itu, meski memiliki pengalaman emosi yang sama, namun kedua tokoh mengekspresikan setiap emosinya dengan cara yang berbeda.


REVIEW 5


Penulis jurnal :


Judul jurnal :

The Representation of Hare Onna in Anime Tenki No Ko By Makoto Shinkai

 

Halaman jurnal : 1463-1478


Tujuan 

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana pelaku cerita, dan bagaimana pelakunya

setting yang mewakili Hare Onna dengan menggunakan metode penelitian deskriptif analitis dan Stuart Hall teori representasi. 


Metod  

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang merupakan metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna itu berasal dari individu atau kelompok. Metode kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan termasuk: pendekatan etnografi, teori dasar, studi kasus, fenomenologi, dan narasi (Creswell,2010). Penelitian ini menggunakan pendekatan studi naratif yang menitikberatkan pada narasi, cerita, atau deskripsi suatu serangkaian peristiwa yang berkaitan dengan pengalaman manusia.


Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaku cerita dan latar cerita mewakili keinginan kuat masyarakat Jepang untuk mengubah cuaca buruk menjadi cerah agar aktivitas mereka bisa berjalan lancar dan membawa kesejahteraan bagi lingkungan sekitar melalui kehadiran Hare Onna


Kesimpulan:  

Hasil analisis pada anime Tenki no Ko menampilkan dua karakter utama yaitu Hodaka Morishima yang pekerja keras, pantang menyerah, baik hati dan suka membalas budi. Hodaka membantu Hina yang mempunyai kekuatan dari Hare Onna untuk membantu orang. Hodaka memanfaatkan kekuatan Hare Onna sebagai lahan bisnis.

Tokoh utama kedua, Hina, digambarkan sebagai tokoh yang ramah, perhatian, dan suka menolong. Ini adalah benda padat dasar untuk menjadi Hare Onna. Sementara itu, karakter pendukung, Suga, digambarkan sebagai salah satunya masyarakat yang meyakini Hare Onna hanyalah mitos belaka. Dan Natsumi yang percaya pada Hare Onna dan menginginkannya memiliki kekuatan seperti Hare Onna.



REVIEW 6


Penulis jurnal :

Deata Atha Ayyasy


Judul jurnal : 

REPRESENTASI BUDAYA JEPANG “AISATSU” DALAM FILM ANIME KIMI NO NA WA (Studi Analisis Semiotik Tentang Representasi Budaya Jepang Aisatsu Dalam Film Anime Kimi no Na wa)


Halaman jurnal : 1 -139


Tujuan 

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan secara rinci dan mendalam mengenai Representasi Budaya Jepang Aisatsu dalam Film Anime Kimi No Na Wa.


Metod  

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan analisis semiotika Charles Sanders Peirce dengan menggunakan teori segitiga makna yakni : Representamen (sign), Object, dan Interpretant. Teknik Sampling penelitian ini menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi nonpartisipan dan studi pustaka.


Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian menemukan adanya budaya Jepang Aisatsu Berdasarkan Waktu, Aisatsu Bertemu pada Kesempatan Khusus, Aisatsu Permintaan Maaf, Aisatsu Saat Berpisah, Aisatsu Kepada Orang yang akan Pergi, Aisatsu Bertemu Kembali, Aisatsu Menyatakan Terimakasih, dan Aisatsu Balasan atau Jawaban untuk Ungkapan Terimakasih dan Permintaan Maaf


Kesimpulan:  

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa terdapat budaya Jepang aisatsu dalam film anime Kimi No Na Wa. Dalam film ini peneliti menemukan adanya budaya Jepang Aisatsu Berdasarkan Waktu, Aisatsu Bertemu pada Kesempatan Khusus, Aisatsu Permintaan Maaf, Aisatsu Saat Berpisah, Aisatsu Kepada Orang yang akan Pergi, Aisatsu Bertemu Kembali, Aisatsu Menyatakan Terimakasih, dan Aisatsu Balasan atau Jawaban untuk Ungkapan Terimakasih dan Permintaan Maaf. Selain itu dalam film anime Kimi No Na Wa ini terdapat budaya Jepang aisatsu yang bersifat verbal seperti Ohayou, Arigatou, Sumimasen, dan lain-lain serta aisatsu bersifat nonverbal seperti gerakan tangan, gerakan tubuh, dan sikap yang dijadikan sebagai tanda dalam memaknai sebuah tanda. Masyarakat Indonesia perlu mengetahui dan belajar tentang budaya salam (aisatsu) dari Jepang dikarenakan budaya aisatsu tidak hanya sebatas bercakap-cakap saja tetapi berfungsi untuk menjaga keharmonisan hubungan antar pembicara, mempelajari budaya salam (aisatsu) ini kita dapat lebih menghargai dan menghormati orang lain, dan aisatsu ini sebagai jembatan kita untuk dapat saling berkomunikasi dengan orang lain lebih baik serta membangun etika sopan santun terhadap orang lain


REVIEW 7


Penulis jurnal :

NORMALIS AMZAH, HABIBAH ISMAIL, NG LAY SHI


Judul jurnal : 

Climate Change in the Movie Weathering with You-Critical Discourse Analysis of Environmental Issue


Halaman jurnal : 285-307


Tujuan 

Penelitian ini bertujuan untuk  menganalisis yang digunakan untuk menganalisis bahasa dan gambar dalam film Weathering with You.


Metod  

Pada bagian ini, kita membahas metode dan kerangka analisis yang digunakan untuk menganalisis bahasa dan gambar dalam film Weathering with You. Umumnya analisis wacana kritis (selanjutnya CDA) telah diadopsi sebagai metode utama. Melihat bagaimana perubahan iklim bersifat sosial dan terkait dengan keadilan sosial, CDA dianggap sebagai metode yang paling cocok untuk menjadi sebuah payung menyeluruh dari semua pendekatan dan kerangka analitis lain dalam penelitian ini.


Hasil Penelitian

Pendekatan CDA, melalui kerangka tiga dimensi, mengidentifikasi tiga ideologi yang konsisten sepanjang film. Ideologinya adalah praktik diskursif yaitu hujan berlebihan, cuaca

di luar kendali manusia dan kemampuan manusia untuk memitigasi perubahan iklim. Dimensi ketiga, yang mana merupakan praktik sosial, dianalisis dengan menerapkan tingkat kepedulian ekologi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. Dalam analisis linguistik dan citra vektor terkait dengan tiga praktik kewacanaan yang terdapat pada Dalam film, kita bisa melihat pola-pola tertentu yang semakin memperkuat ide atau ideologi yang diinginkan oleh pembuat film untuk dilakukan, baik secara eksplisit maupun implisit.


Kesimpulan:  

Kesimpulannya, film animasi menawarkan banyak keuntungan dalam merepresentasikan isu-isu terkait iklim. Mereka melibatkan dan mendidik khalayak dari segala usia, menyederhanakan konsep-konsep kompleks dan mewujudkannya dapat diakses. Melalui pengisahan cerita visual, animasi dapat menangkap urgensi perubahan iklim, menumbuhkan empati, dan menginspirasi tindakan, mendorong upaya kolektif menuju masa depan yang berkelanjutan.


REVIEW 8


Penulis jurnal :

Budi Mulyadi


Judul jurnal :

The Environmental Problem in Anime Weathering With You Directed By Makoto Shinkai

 

Halaman jurnal : 1-9


Tujuan 

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji apa saja permasalahan lingkungan hidup dijelaskan dalam anime Weathering with You oleh sutradara Makoto Shinkai, dampak negatif apa yang timbul dari permasalahan lingkungan tersebut, dan apa saja semacam kritik lingkungan yang ingin disampaikan sutradara melalui anime. 


Metod  

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif yaitu metode digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku bagi masyarakat.

Hasil Penelitian

objek materi dalam penelitian ini adalah anime, teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori ekokritik sastra. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa Permasalahan lingkungan yang digambarkan dalam anime ini merupakan permasalahan yang ekstrim perubahan iklim yang menimbulkan berbagai macam dampak negatif seperti turunnya suhu udara, perubahan musim yang tidak menentu, kerugian ekonomi masalah, dan lain-lain. Melalui anime ini, sutradara ingin mengajak para khalayak agar bijak dalam menjaga dan menjaga lingkungan hidup agar dampak negatif akibat kerusakan lingkungan dapat dihindari.


Kesimpulan:  

Karya sastra dalam isinya tidak hanya dapat mengangkat tema-tema umum seperti permasalahan sosial, pendidikan, dan lain-lain namun dapat juga mengangkat isu-isu terkait isu lingkungan hidup. Dan lebih banyak lagi dan karya sastra lebih banyak mengambil tema isu lingkungan hidup. Hal ini sejalan dengan salah satu hal tersebut fungsi karya sastra yaitu memberikan asas kemaslahatan bagi penikmatnya.


REVIEW 9


Penulis jurnal : YURIKO FURUHATA


Judul jurnal : Weathering with You: Mythical Time and the Paradox of the Anthropocene


Halaman jurnal : 68-89


Tujuan 

Tujuan dari jurnal ini yaitu geologi baru adalah didasarkan pada gagasan yang dimiliki manusia (anthropos ¯ ) sebagai spesies biologis menjadi kekuatan geologis yang telah berubah secara signifikan dan terus berlanjut membentuk komposisi geofisika bumi.


Metod  

Konsep Antroposen sebagai zaman geologi baru adalah didasarkan pada gagasan yang dimiliki manusia (anthropos ¯ ) sebagai spesies biologis menjadi kekuatan geologis yang telah berubah secara signifikan dan terus berlanjut membentuk komposisi geofisika bumi. 


Hasil Penelitian

Manusia sebagai spesies biologis telah ada untuk waktu yang cukup singkat dibandingkan dengan waktu yang lama geologi. Namun aktivitas mereka telah berdampak signifikan terhadap bumi, mulai dari

konsentrasi karbon dioksida di atmosfer menjadi radioaktif material yang mengendap di tanah dan gletser hanya dalam beberapa abad. ''Manusia telah menjadi agen geologi baru-baru ini dalam sejarah manusia,'' tulisnya Chakrabarty. ''Dalam hal ini, kita dapat mengatakan bahwa baru-baru ini saja perbedaan antara sejarah manusia dan sejarah alam—sebagian besar memang demikian telah dilestarikan bahkan dalam sejarah lingkungan yang melihat kedua entitas tersebut dalam interaksi—sudah mulai runtuh.''7 Banyak perdebatan Antroposen berfokus pada runtuhnya perbedaan kategoris ini.



Kesimpulan:

Dalam The Unconstructable Earth, Fre´de´ric Neyrat berpendapat bahwa wacana Anthro pocene itu sendiri adalah sebuah jenis “mitos” atau “metanarasi” baru yang melegitimasi pandangan instrumental dan mekanis terhadap alam, dan wacana ini mengundang gagasan teknofilik bahwa Bumi dapat dengan mudah direkayasa ulang. melalui geoengineering jika krisis iklim memburuk.37 Memang benar, pocene Anthro adalah sebuah metanarasi, namun, seperti yang telah saya kemukakan dalam esai ini, hubungannya dengan terhadap mitos lebih rumit daripada anggapan Neyrat.



REVIEW 10


Penulis jurnal :

Muhammad Raka Perdana, Mohammad Ali


Judul jurnal : 

PERGESERAN AKIBAT PERBEDAAN SUDUT PANDANG BUDAYA DALAM TERJEMAHAN NOVEL TENKI NO KO KARYA MAKOTO SHINKAI


Halaman jurnal : 223-232


Tujuan 

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pergeseran penerjemahan akibat perbedaan sudut pandang budaya pada terjemahan novel tenki no ko yang meliputi sudut pandang budaya secara ekologi, material, sosial kultur, sosial budaya, dan gestur dan adat istiadat.


Metod  

Penulis menggunakan metode penelitian dengan pendekatan deskriptif komperatif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2017) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci. teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Sedangkan metode deskriptif menurut Nazir (2013) adalah suatu sita metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu peristiwa yang bertujuan untuk membuatsi deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai rsitas Di fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki


Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, hasil penelitian ini di deskripsikan dengan pergeseran makna perbedaan sudut pandang sosial budaya yang terjadi pada hasil penerjemahan Novel Tenki no Ko dan terjemahan nya dalam bahasa indonesia yang berjudul Weathering With You.


Kesimpulan:

Pergeseran unsur budaya Ekologi, Material Kultur, Sosial Kultur, Sosial dan Organisasi, dan Gestur dan adat istiadat dalam Bab 1-6 Novel Tenki no Ko dengan analisis sebagai berikut: 

1. Pada pergeseran budaya penerjemah menerjemahkan penggunaan strategi penerjemahan dengan mengganti kata-kata yang setara secara budaya dan menggunakan strategi kata pinjaman karena perbedaan iklim dan meteorologi menyebabkan perbedaan flora dan fauna yang hidup di suatu daerah. Perbedaan yang ada membuat sulit dalam melakukan proses penerjemahan.

2. Pada Material Kultur dan Sosial Kultur, diterjemahkan ke dalam strategi Padanan budaya dan pinjaman untuk mendapatkan padanan tertentu dalam penerjemahan agar hasil terjemahan ke Bsa dapat dipahami oleh pembaca. 3. Pada Sosial dan Organisasi dan Gestur dan adat istiadat, dikarenakan tidak ada padanan kata yang tepat dalam Bsu sehingga diterjemahkan menggunakan strategi penerjemahan kata pinjaman yang mengacu pada bahasa sumber sebagai pengenalan budaya setempat. Penggantian budaya (cultural substitution).


REVIEW 11


Penulis jurnal :

MUHAMMAD AMIR NAJAH SUDARMONO


Judul jurnal : 

WEATHER MANIPULATION TRADITION REPRESENTED IN THE MOVIE “WEATHERING WITH YOU”


Halaman jurnal : 1-38


Tujuan 

Studi ini bertujuan untuk meneliti bagaimana representasi tradisi pengendalian cuaca yang terdapat di dalam film tersebut dan bagaimana film tersebut dapat membantu untuk melestarikan sebuah tradisi.


Metod  

Studi ini menganalisa penyajian tradisi pengaturan cuaca yang ada di dalam film. Cerita ini berkisah di sekitar 2 karakter utama yang bernama Hina Amano dan Hodaka Morishima. Hina adalah gadis terpilih yang menjadi gadis cuaca yang dapat mengendalikan cuaca. Sedangkan Hodaka adalah pemuda pelarian yang mencoba untuk hidup seorang diri di kerasnya kehidupan Tokyo. Bagaimana sebuah tradisi direpresentasikan menggunakan sudut pandang pemuda dan pemudi menunjukkan pentingnya meneruskan suatu tradisi kepada generasi yang lebih muda.


Hasil Penelitian

Studi ini menunjukkan bahwa terdapat suatu hubungan antara manusia dan alam dan mengapa sebuah budaya harus dilestarikan kepada generasi muda. Film ini menyediakan kemungkinan meneruskan sebuah tradisi kepada masyarakat kontemporer dengan mengajarkan makna-makna tradisional kepada generasi yang lebih muda. Peneliti selanjutnya yang memiliki ketertarikan dalam film ini dapat melakukan studi tentang kecenderungan sosial untuk mengurangi pelaksanaan suatu tradisi ketika teknologi semakin berkembang.


Kesimpulan:

Weathering With You sebagai keluaran budaya populer yang disampaikan budaya tradisional untuk mengingatkan bahwa tradisi itu ada sepanjang masa, hingga zaman sekarang ini. Tradisi manipulasi cuaca (memanggil hujan atau mencegah hujan) sudah dilakukan sejak dahulu kala. Namun seiring berjalannya waktu, jumlah kinerja tersebut menurun seiring dengan meningkatnya kemajuan teknologi. Tradisi dan nilai-nilainya direpresentasikan ke dalam cita rasa yang lebih kekinian dengan menggunakan kisah dua remaja yaitu Hodaka Morishima dan Hina Amano yang mencari jati diri sembari berjuang bertahan di kerasnya kehidupan Tokyo modern.


REVIEW 12


Penulis jurnal :

Ayu Putri Seruni


Judul jurnal : 

Social Reflection in Novel Tenki No Ko by Makoto Shinkai: The Study of Marxisy Literary Sociology


Halaman jurnal : 853-860


Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui refleksi sosial dalam novel terkenal dunia Tenki no Ko karya Makoto Shinkai. Novel ini mempunyai kelebihan pesan dalam penyajiannya dan dalam penelitian yang dibahasnya refleksi sosial tentang situasi masyarakat Jepang di Tokyo.


Metod  

Metode penelitian ini menggunakan metode analisis isi. Analisis isi adalah metode yang digunakan untuk memahami sosial cerminan karya sastra. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif interdisipliner sastra, yaitu sosiologi sastra Marxis yang mengacu pada cara memahami sastra dengan melihat konten sastra terkait refleksi sosial menurut realisme sosial yang dikembangkan oleh Lukacs. Pendekatan ini saja melihat pada tiga aspek; totalitas, keunikan dan sejarah dunia, tanpa mempertimbangkan struktur karya.


Hasil Penelitian

Refleksi Sosial dalam novel Tenki no Ko karya Makoto Shinkai terbagi menjadi :

realitas sosial, 

penderitaan masyarakat. 

kelas bawah, 

konflik kelas dan sosial, 

berpihak pada masyarakat bawah, 

propaganda menentang penguasa.


Kesimpulan:

Refleksi Sosial dalam novel Tenki no Ko karya Makoto Shinkai, berkaitan dengan kehidupan di Tokyo yang menjadi pusatnya perkembangan negara Jepang. Makoto Shinkai sebagai penulis ternama memberikan sentuhan refleksi sosial situasi Tokyo bagi pelajar yang kabur dari rumah dengan tambahan cerita fantasi. Hodaka sebagai karakter utama digambarkan sebagai seorang anak SMA yang melarikan diri dari rumah dan mencoba mencari pekerjaan di Tokyo,

namun memiliki banyak kendala dan dikejar oleh polisi. Hodaka mencoba melawan kerasnya kehidupan diTokyo. Refleksi sosial berbasis realisme sastra dalam karya sastra menjelaskan gerak pengarang dalam memahami realitas sebagai bentuk perlawanan terhadap penindasan. Pembagian refleksi sosial dibagi menjadi 5 bagian; 

Realitas sosial, 

Penderitaan kelas bawah, 

Konflik kelas dan masyarakat, 

Berpihak padamasyarakat dibawahnya, 

Dakwah terhadap penguasa.



REVIEW 13


Penulis jurnal :

Jihan Salsa Biela Fatin, Hayatul Cholsy


Judul jurnal : 

Negosiasi Identitas Budaya Jepang dalam Novel Tenki No Ko dan Terjemahannya dalam Bahasa Indonesia


Halaman jurnal : 1-12


Tujuan 

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan pola terjemahan istilah budaya Jepang dalam novel ‘Tenki No Ko’ yang mengalami negosiasi dalam novel ‘Weathering with You’. Sebagai premis bahwa proses penerjemahan harus dipandang tidak hanya sebagai transfer bentuk dan makna, tetapi juga sebagai transfer budaya (Ma’shumah & Sajarwa, 2022) dan menjadi alat yang ampuh untuk memfasilitasi dan menjembatani kesenjangan antarbudaya (Cronin, 2006). 

Penelitian ini dibatasi hanya mengidentifikasi istilah budaya material yang terdapat dalam novel ‘Tenki No Ko’ dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia karena istilah-istilah material mendominasi novel ini yaitu sebesar 53% dari keseluruhan istilah budaya dalam novel tersebut. Di samping itu agar penelitian ini fokus dan terarah serta memiliki pembahasan yang mendetail terkait penerjemahan istilah-istilah tersebut.


Metod 

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam bidang penerjemahan. Data penelitian diambil dari novel bahasa Jepang ‘Tenki No Ko’ (selanjutnya disebut TNK) karya Shinkai Makoto yang diterbitkan oleh penerbit Kadokawa pada tahun 2019 sebagai teks sumber (Tsu). Novel TNK sebagai bahasa sumber terdiri dari prolog, 11 bab, dan epilog dengan total 297 halaman. Serta terjemahan bahasa Indonesianya berjudul ‘Weathering With You’ (selanjutnya disebut WWY) yang diterbitkan oleh penerbit Haru pada tahun 2021 dan diterjemahkan oleh Asri Pratiwi Wulandarisebagai teks sasaran (Tsa). Novel WWY terdiri dari prolog dan 12 bab dengan total 295 halaman. Data dalam penelitian ini adalah kata dan frasa yang merupakan istilah budaya dalam novel TNK dan terjemahannya.


Hasil Penelitian

Pada penelitian ini ditemukan istilah budaya material yang mengalami proses negosiasi dari novel Tsu yang berbahasa Jepang ke dalam Tsa berbahasa Indonesia. Istilah budaya material yang telah ditemukan kemudian dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu tempat dan bangunan; benda-benda; makanan dan minuman; alat dan infrastruktur transportasi; serta pakaian. 

Temuan keseluruhan menunjukkan bahwa negosiasi identitas budaya Jepang dapat diidentifikasi dan dirumuskan melalui bagaimana penerjemah menerjemahkan istilah budaya material dalam teks sumber ke teks sasaran. Penerjemah menggunakan penerjemahan harfiah, kata yang lebih umum, parafrase dengan kata yang berkaitan, penambahan unsur linguistik, penghilangan, kata yang tidak berkaitan, kata yang lebih netral, dan kata dalam bahasa asing. Berikut pemaparan strategi penerjemahan istilah budaya material dari Tsu ke dalam Tsa.


Kesimpulan:

Berfokus pada negosiasi identitas budaya Jepang, temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa negosiasi terhadap identitas Jepang dapat diidentifikasi dan dirumuskan melalui strategi penerjemahan. Dalam hal ini kebutuhan dan pengetahuan pembaca Tsa juga harus diperhitungkan, realisasinya ditunjukkan dengan menerapkan idelogi domestikasi untuk menghasilkan terjemahan yang dapat dipahami oleh pembaca Tsa. Saat membaca novel, karena tidak ada penggambaran secara visual, pembaca bermain dengan imajinasi masing-masing sehingga penulis harus menyampaikan informasi secara mendetail agar pembaca dapat memahami konteks bacaan, begitu pula dalam novel terjemahan.



REVIEW 14


Penulis jurnal :

Charles Loinar, Yunita El Risman, and Kasmawati


Judul jurnal : 

Analysis of the Novel Tenki No Ko (天気の子) by Shinkai Makoto Through Robert J. Sternberg’s Love Theory


Halaman jurnal : 21-26


Tujuan 

Dimana tujuan pembuatan jurnal ini untuk pendekatan ini berfokus pada perolehan yang mendalam pemahaman tentang suatu kejadian atau peristiwa tertentu melalui uraian yang rinci.


Metod  

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pendekatan ini berfokus pada perolehan yang mendalam pemahaman tentang suatu kejadian atau peristiwa tertentu melalui uraian yang rinci. Biasanya diterapkan dalam studi, metode ini digunakan untuk menggali makna, nilai, dan persepsi yang melekat pada suatu kejadian atau peristiwa tertentu. Ini lebih dari sekedar pengumpulan data, meliputi analisis dan interpretasi data yang dikumpulkan untuk mencapai pemahaman yang lebih mendalam tentang fenomena atau peristiwa sedang dalam investigasi.


Hasil Penelitian

Novel Tenki no Ko bercerita tentang dua remaja bernama Hodaka Morishima dan Hina Amano. Ceritanya dimulai ketika Hodaka Morishima melarikan diri dari rumahnya di sebuah pulau kecil dan pindah ke Tokyo. Dalam perjalanan ke Tokyo, kapal itu Hodaka papan terkena hujan badai, hampir menyebabkan dia jatuh dari kapal. 

Untungnya, Hodaka diselamatkan oleh seorang pria bernama Suga Keisuke, yang memberinya kartu namanya. Di Tokyo, Hodaka berjuang untuk menghidupi dirinya sendiri karena statusnya di bawah umur, sehingga menyulitkannya dia untuk bekerja secara legal. Suatu hari, Hodaka bertemu dengan seorang gadis yang memberinya makanan gratis, dan gadis tersebut ternyata adalah Hina Amano. Setelah pertemuan ini, Hodaka akhirnya mendapatkan pekerjaan sebagai asisten di sebuah perusahaan kecil yang menerbitkan artikel tentang legenda dan cerita rakyat. 

Perusahaan itu dimiliki oleh Suga, pria yang ditemui Hodaka di kapal. Kemudian, Hodaka bertemu kembali dengan Hina dan mengetahui bahwa dia telah melakukannya kemampuan untuk mengubah cuaca menjadi langit cerah. Bersama adik Hina, Nagi, mereka bertiga memulai bisnis menggunakan Kemampuan Hina dalam memberikan langit cerah untuk acara tertentu. Saat mereka menghabiskan hari-hari bersama, Hodaka mulai jatuh cinta pada Hina. Namun, kemampuan Hina menyimpan rahasia tragis jika digunakan, tubuhnya secara bertahap berubah menjadi air, menyebabkan dia menghilang


Kesimpulan:

Analisis novel Tenki no Ko menggunakan pendekatan struktural dan mengeksplorasi hubungan romantis keduanya karakter utama, Hodaka dan Hina, menggunakan teori cinta Robert J. Sternberg yang dikenal dengan Teori Segitiga Cinta. Di dalam teori, keintiman, gairah, dan komitmen adalah tiga komponen yang saling berhubungan yang mendefinisikan makna cinta dalam hubungan.


Hubungan romantis Hodaka dan Hina dalam novel diawali dari kemesraan, awalnya menjalin persahabatan. Lebih Seiring berjalannya waktu, kedekatan mereka semakin dalam, diiringi munculnya gairah. Gairah ini mendekatkan mereka, menumbuhkan perasaan terus-menerus memikirkan satu sama lain, kesediaan untuk berkorban demi orang yang mereka cintai, dan mengalami suka dan duka ketika bersama. Selanjutnya dari kedekatan yang terjalin dalam hubungan mereka, timbullah sebuah komitmen. Komitmen ini mewakili keputusan bersama mereka untuk saling mencintai dan menanggung berbagai situasi, tanpa memandang waktu, dengan tujuan melestarikan dan mempertahankan hubungan mereka sampai akhir.


REVIEW 15


Penulis jurnal :

Matthew John Paul Tan


Judul jurnal : 

Being Someplace Else: The Theological Virtues in the Anime of Makoto Shinkai


Halaman jurnal : 1-8


Tujuan 

Tujuan dari artikel ini akan mengeksplorasi setiap kebajikan secara individual, dengan

referensi khusus untuk karya Josef Pieper dan Paus Emeritus Benediktus XVI. Selain itu, itu akan terjadi menyandingkan eksplorasi mereka atas kebajikan ini dengan contoh kumpulan film Shinkai. Ini akan menegaskan bahwa konsistensi karya Shinkai mengungkapkan beberapa persamaan penting dengan kebajikan teologis.


Metod  

Dalam karya ini, saya fokus pada karya sutradara anime, Makoto Shinkai, yang merupakan bagian dari gelombang sutradara anime yang menjadi terkenal setelah kesuksesan mainstream Hayao Miyazaki. Saya memilih Shinkai karena sejumlah alasan, yang pertama adalah karena Miyazaki yang seolah-olah akan memasuki masa pensiun, Shinkai kini dianggap sebagai salah satu sutradara terdepan yang kemungkinan besar akan mengisi kekosongan dalam anime yang ditinggalkan Miyazaki. Kedua, korpus Shinkai memiliki konten tematik yang konsisten dan konsistensi ini menjadikannya studi kasus yang ideal.


Hasil Penelitian

Yang lebih jelas adalah matriks Shinkai, yang berhubungan dengan mencapai orang yang diharapkan, mencapai tempat yang diharapkan dimana perjumpaan dengan orang tersebut telah terbuka (yang merupakan unsur keimanan), dan cinta antara orang tersebut dengan orang lain. Dalam film-film Shinkai, cinta seseorang terhadap orang lainlah yang mengubah pertemuan pertama dengan seseorang menjadi sebuah dunia yang jauh. 

Melalui cinta itu, karakter menyadari kebenaran tentang sifat mereka. Mereka menyadari bahwa penemuan jati diri berasal dari orang lain dan bukan dari imajinasi diri sendiri yang sombong. Akhirnya, cintalah yang mendorong dan menopang karakter, memungkinkan mereka menanggung kesulitan menutup jarak untuk mencapai pertemuan gembira kedua itu. Dimana jarak ini tidak pernah tertutup, seperti yang kita lihat dalam 5 Sentimeter, kita melihat layunya cinta dan diri ini.


Kesimpulan:

Dalam karya ini, saya berpendapat bahwa konten tematik Shinkai dapat menjadi sumber materi yang dapat diandalkan untuk mengeksplorasi dimensi pengalaman subjektif dari keutamaan teologis iman, harapan, dan cinta. Saya berpendapat bahwa bahan mentah untuk mempertimbangkan tema-tema ini ditemukan dalam konsistensi pola dalam filmografi Shinkai, yang mencakup perjumpaan dan jarak antara orang lain, keinginan untuk melintasi ruang dari satu ke yang lain, dan terdorong untuk melintasi jarak tersebut. 

Melalui ketertarikan satu sama lain. Masing-masing dari hal ini adalah titik referensi artistik yang berguna untuk mewujudkan, masing-masing, iman sebagai perjumpaan dengan orang lain, harapan sebagai wujud yang datang dengan mendekatnya jarak dari satu orang ke orang lain, dan cinta sebagai daya tarik terhadap orang lain yang mencapai klimaks dalam diri. - melupakan demi orang lain



REVIEW 16


Penulis jurnal :

Syipa Puspita Rahayu


Judul jurnal : 

ANALISIS PESAN MORAL DALAM FILM TENKI NO KO MENGGUNAKAN MODEL FRAMING ROBERT ENTMAN


Halaman jurnal : -


Tujuan 

Dimana tujuan dalam pembuatan film ini agar dapat dijadikan sebagai media penyampaian pesan yang tersirat di dalam isi ceritanya hingga kemudian sampai kepada khalayak dan menghasilkan sebuah efek bagi para penikmat film tersebut. Dengan menggunakan model framing Entman, cerita dalam film ini dapat tergambarkan secara jelas dengan maksud yang ingin disampaikan oleh pembuat film itu sendiri.


Metod  

Dalam penelitian ini penulis memilih film Tenki no Ko untuk menggambarkan perubahan iklim dan bagaimana hal ini mempengaruhi dilandaskan pada metode analisis Framing Robert Entman dengan pendekatan kualitatif yang memiliki tujuan untuk mengetahui analisis framing entman dalam mengungkap pesan moral dalam film Tenki no Ko dan untuk mengetahui pesan moral yang terdapat dalam film Tenki no Ko, film tenki noko ini merupakan film animasi yang berasal dari jepang yang biasa disebut dengan anime.


Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini memperoleh sebanyak sepuluh scene yang mengandung moral secara universal adapun dalam pengungkapan pesan moral menggunakan analisis framing robert entman dapat disimpulkan bahwa seleksi isu dan penojolan isu sangat berpengaruh terhadap penelitian sehingga mendapatkan fakta kemanusiaan yang terdapat didalam film Tenki no Ko karya Makoto Shinkai, yang pertma yaitu fakta individual dalam bentuk tindakan kriminalitas dan percintaan, yang kedua fakta sosial dalam sejarah daerah, dan interaksi sosial serta yang ketiga adalah fakta dalam kehidupan membantu sesama tanpa lupa balas jasa.


Kesimpulan:

Tujuan dalam pembuatan film ini agar dapat dijadikan sebagai media penyampaian pesan yang tersirat di dalam isi ceritanya hingga kemudian sampai kepada khalayak dan menghasilkan sebuah efek bagi para penikmat film tersebut.

Hasil dari penelitian ini memperoleh sebanyak sepuluh scene yang mengandung moral secara universal adapun dalam pengungkapan pesan moral menggunakan analisis framing robert entman dapat disimpulkan bahwa seleksi isu dan penojolan isu sangat berpengaruh terhadap penelitian sehingga mendapatkan fakta kemanusiaan yang terdapat didalam film Tenki no Ko karya Makoto Shinkai,


REVIEW 17


Penulis jurnal :

ZANUAR VIRMAN ALI


Judul jurnal : 

ANALISIS PENGGUNAAN NINSHOU DAIMEISHI PADA KARYA MAKOTO SHINKAI BERDASARKAN HUBUNGAN PENUTUR DAN MITRA TUTUR


Halaman jurnal : 1 -82


Tujuan 

Tujuannya diantara penutur dan mitra tutur memiliki berpengaruh dalam pemilihan pemakaian pronomina persona.


Metod  

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kalimat tokoh dari sumber data penelitian pada film karya Makoto Shinkai. Teknik simak catat penulis pilih untuk mengumpulkan data diperlukan dalam penelitian ini. Setelah data terkumpul, penulis melakukan klasifikasi dan analisis yang dilanjutkan teknik analisis data deskriptif kualitatif guna memaparkan hasil analisis data.


Hasil Penelitian

Penulis menemukan 171 data yang dapat dibagi ke dalam tiga jenis klasifikasi. Jishou muncul: watashi, boku, ore, washi, watashitachi, bokutachi, bokura, oretachi dan washira. Taishou muncul: anata, anta, kimi, omae, temee, antatachi, antara ,omaera, dan kimitachi. Tashou muncul: aitsu, koitsu, kare, konojo, ano hito, dan aitsura.


Kesimpulan:

Hubungan antara penutur dan mitra tutur memiliki berpengaruh dalam pemilihan pemakaian pronomina persona. Penutur akan sedikit banyak berubah pemakaian pronominal persona saat berhadapan jika lawan bicaranya berbeda. Bisa dari jenis kelamin, faktor kedekatan penutur dengan mitra tutur, dan faktor adaptasi dengan tokoh yang baru saja penutur kenali. Selain itu berdasarkan jenis kelamin dan usianya juga berbeda antara penutur dan mitra tutur yang memiliki hubungan interpersonal seperti keluarga atau teman sekolahnya.



REVIEW 18


Penulis jurnal :

Umme Aiman


Judul jurnal : 

Unveiling the Familiar: Exploring Makoto Shinkai’s Anime Art


Halaman jurnal : 36 - 40


Tujuan 

Tujuan dari penulisan ini yaitu untuk membandingkan dan membedakan mereka penyelidikan realisme ini dalam gaya seninya dengan pilihan dari Kumpulan film Shinkai.


Metod  

Makalah ini memberikan wawasan tentang hubungan antara manusia dan buatan manusia, yang mengungkap keakraban yang kita miliki dengan alam—membenarkan hipotesis dengan

menggunakan teori sastra Mimesis. Ini menyelidiki seni gaya animasi Shinkai yang bekerja sebagai kekuatan khusus untuk diwujudkan koneksi ini. Ini akan memungkinkan seseorang untuk menyadari pentingnya karya-karyanya dalam dijadikan sebagai model baik disadari maupun tidak mempengaruhi penerimanya untuk memperhatikan dan mengapresiasinya pemandangan duniawi dan momen kehidupan di sekitar mereka.


Hasil Penelitian

Penelitian ini mengkaji estetika Anime Makoto Shinkai dan bagaimana ia menggambarkan bagian luarnya secara realistis dunia. Selain itu, ia akan membandingkan dan membedakan mereka penyelidikan realisme ini dalam gaya seninya dengan pilihan dari Kumpulan film Shinkai.


Kesimpulan

Kesimpulan makalah ini menyelidiki dampak gaya seni afektif dalam animasi Jepang Makoto Shinkai. Melalui penggunaan gagasan mimesis Benjamin, seseorang dapat memahami proses hubungan yang dibentuk manusia dengan lingkungannya dan menemukan makna di dalamnya dengan mengenali sesuatu tentang diri mereka di dalamnya. Mirip dengan seni atau sastra, alam hanya memiliki arti jika diciptakan secara aktif hubungan dengan. Tindakan observasi membawa kesenangan dan penyuburan. 

Penerima dapat merasakan keterkaitan tersebut melalui tampilan adegan yang dirender dengan indah, animasi yang sangat detail dari gambar pengamatan jarak dekat dari dunia nyata, dan visual yang dibuat dengan cerdik di depan mata. Ikhtisar yang ditawarkan sama sekali tidak komprehensif; hanya beberapa upaya artistik anime Shinkai yang diperhitungkan, namun upaya tersebut membuktikan hubungan berkelanjutan antara alam dan seni dalam bidang estetika.



REVIEW 19


Penulis jurnal :

Abyan Dhia Pratama


Judul jurnal : 

Analisis Penerapan Prinsip Dasar Animasi Dalam Animasi “Weathering With You”


Halaman jurnal : 13-33


Tujuan 

a. Menjelaskan, mendeskripsikan, dan memperlihatkan prinsip - prinsip dasar animasi pada Movie Anime “Weathering with You”. 

b. Menjelaskan adanya pengaruh prinsip dasar animasi terhadap kesuksesan suatu animasi di mata penonton.


Metod  

Metode penelitian kualitatif menggunakan data non-numerik seperti wawancara, observasi, analisis dokumen, atau catatan lapangan untuk mengumpulkan informasi yang kaya dan mendalam tentang pengalaman, persepsi, dan interpretasi individu atau kelompok. Menurut Denzin dan Lincoln, menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah pendekatan yang melibatkan proses pengumpulan, analisis, dan interpretasi data yang berfokus pada aspek-aspek deskriptif dan naratif dari fenomena sosial.


Hasil Penelitian

Dalam bab pembahasan ini akan berformat sub bab, dan tiap sub bab akan menjelaskan salah satu dari 12 prinsip dasar animasi serta bukti beberapa adegan yang mengandung prinsip dasar animasi yang dimaksud.


Kesimpulan:

Dari pembahasan di atas mengenai 12 prinsip dasar animasi dan keberadaannya dalam animasi Weathering with You, dapat ditarik kesimpulan yang juga dapat menjawab rumusan masalah yang ada. Pertama, memang benar adanya penerapan prinsip dasar animasi dalam animasi Weathering with You, walaupun tidak semua dapat dibuktikan dengan melihat adegan, namun mayoritas prinsip dasar animasi dapat ditemui dalam animasinya secara langsung. Kedua, juga benar bila prinsip dasar animasi dapat memengaruhi kesuksesan sebuah animasi, hal ini dikarenakan prinsip dasar animasi adalah prinsip yang dapat membantu animator untuk bekerja lebih efektif, efisien, dan mempunyai gambaran tujuan animasi yang akan dicapai.


REVIEW 20


Penulis jurnal :

Yirui Chen, Wenkai Cheng


Judul jurnal : 

An Analysis of Aesthetics in Makoto Shinkai's Animated Films


Halaman jurnal : 1-5


Tujuan  

Tujuannya Sebagai konsep sastra tradisional Jepang, konsep “mono no awareness” lambat laun membentuk sebuah kesadaran estetika berakar kuat pada budaya Jepang melalui interpretasi dan pengayaan lokal

sastra, puisi, film dan televisi. Kesadaran estetis ini merupakan rangkaian melankolis dan emosi melankolis yang dialami subjek estetis terhadap objek estetis, serta perasaan pesimistis terhadap momen-momen kehidupan yang cepat berlalu dan ketidakkekalan waktu.


Metod  

Dalam karya Makoto Shinkai, penggunaan cahaya sangat berperan ekspresif. Mengambil Weathering bersama Anda sebagai contoh, secara visual, Shinkai terutama menggunakan tiga warna: putih, merah muda, dan biru. Putih digunakan untuk menggambarkan cuaca dan hujan. Untuk Misalnya, melalui cahaya yang melewati jendela, titik cahaya bergerak digunakan untuk menggambarkan visual yang beragam adegan.


Hasil Penelitian

Makoto Shinkai memadukan ide estetika tradisional dengan komputer modern teknologi untuk membentuk estetika bawah sadar baru yang lebih halus dan beresonansi. Estetika ini dihadirkan secara berlapis demi lapis melalui serangkaian film animasi bertema kehidupan yang berorientasi pada kehidupan seperti “penyesalan”, “cinta”, dan “jarak”. Dia dapat lebih menyentuh kelembutan batin masyarakat, memahami hakikat kehidupan yang sebenarnya, dan membangkitkan harapan dan motivasi hidup.


Kesimpulan:

Kesimpulannya, "mono no awareness" adalah sebuah indikasi yang tersebar luas dirancang dengan bantuan gaya hidup Jepang dan pertunjukan seni film mereka, termasuk yang melankolis lingkungan yang dibuat di anime. Ini adalah melankolis ringan yang memungkinkan penonton untuk bersenang-senang dalam kemegahan dan sekilas ketidakbahagiaan di alam kreatif yang indah dibandingkan dengan bentuk kesedihan yang ekstrim. Makoto Shinkai sebagai salah satunya animator paling berpengaruh, mengungkapkan "mono No. sadar" melalui deskripsi emosi, yang mencakup penggambaran pemandangan alam, ekspresi waktu dan jarak, dan pemandangan kehidupan sehari-hari yang tersebar, memberikan film tersebut konotasi emosional yang mendalam dan daya tarik emosional.


Comments

Popular posts from this blog

Analisis Lagu

Analisis Semiotika Pada Film Anime Tenki No Ko (Weathering With You)

ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES PADA VIDEO CLIP WRECKED- IMAGINE DRAGONS